Dalam rangka meningkatkan STBM GEDSI (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat – Gender, Disability and Social Inklusi) yang berketahanan iklim, Pokja PKP Kabupaten Flores Timur dengan dukungan YPPS dan UNICEF melaksanakan pemicuan untuk 50 Desa di Kabupaten Flores Timur.
Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pemegang kebijakan di desa tentang pemenuhan akses STBM yang mengarus utamakan gender, disabilitas dan sosial inklusi yang berketahanan iklim sehingga masyarakat lebih sejahtera termasuk kelompok GEDSI.
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan STBM GEDSI berketahanan iklim yang dilaksanakan di Hotel Gelekat Nara beberapa waktu lalu dan serampak dilakukan di beberapa titik mulai dari tanggal 22 Agustus 2023 hingga September 2023. Proses pemicuan melibatkan Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL) dari 21 Puskesmas dibantu oleh Fasilitator Kabupaten yang sudah dilatih.
Selama pemicuan fasilitator melakukan trans wakling, pembuatan peta sanitasi desa (untuk menentukan lokasi bangunan umum yang diakses masyarakat), menentukan natural leader yang membantu TSL untuk mengkoordinasi akses sanitasi di masyarakat dan sesudahnya masyarakat membangun komitmen sosial dan rencana aksi terhadap masalah atau hambatan yang ditemukan.
Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 50 orang, dengan keterwakilan unsur Pemerintah Desa, Tokoh-tokoh kunci (Kader Posyandu, PKK Desa), TNI dan POLRI serta Kelompok/Perwakilan Difabel di desa.
Sebelum disebar ke beberapa titik kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur, delapan tim Fasilitator mengikuti OJT (On The Job Training) di Kelurahan Amagarapati dan Desa Mokantarak. Ditemukan masyarakat yang sudah mulai memanfaatkan teknologi sederhana seperti kursi yang dipasangi roda atau yang dilubangi dudukannya serta bidang miring dari papan untuk membantu kelompok rentan mengkases jamban. Selain itu, ada juga yang memanfaatkan air limbah bekas cucian beras untuk pakan ternak.
Praktik-praktik baik ini diharapkan dapat diikuti oleh semua orang khususnya yang memiliki kelurga disabilitas maupun kelompok rentan karena lebih praktis serta membantu menghemat biaya dan tenaga.
Turut hadir pula dalam rangkain proses OJT yang dilakukan di dua lokasi yakni Menik dari Perwakilan UNICEF Jakarta dan Rostia La Ode Pado Perwakilan UNICEF NTT-NTB. ***(Penulis : Avilla Riwu)