Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) atas dukungan dari Oxfam merintis sekolah kelapa yang beranggotakan para petani kelapa di 7 desa antara lain, Bantala, Adobala, Waitukan, Painapang, Hurung, Homa dan Lambunga. Setiap desa diwakili oleh 4 orang peserta sehingga totalnya 28 orang yang hadir. Sekolah Kelapa dilaksanakan di YPPS mulai tanggal 19-23 Sepetember.
Direktur YPPS Melkior Koli Baran mengatakan, kelapa sebagai salah satu tanaman komoditi merupakan tanaman unggulan rakyat yang berguna secara keseluruhan dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Flores Timur tahun 2021 populasi pohon kelapa di kabupaten Flores Timur tersisa 12.000 hektare, dan dari total ini, kelapa yang produktif hanya 9.500 hektare. Ini berarti sebanyak 2.500 hektare kebun kelapa yang tidak produktif sehingga bisa ada alasan bagi pemiliknya untuk menjual dan mengolahnya sebagai bahan bangunan.
“Kehadiran Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Flores Timur hari ini diharapkan dapat menjadi narahubung bagi sektor-sektor terkait sehingga kedepannya bisa mengintegrasikan komoditi-komoditi unggulan di Flores Timur salah satunya komoditi kelapa” ujar Melky dalam sambutannya Selasa (19/09/2023).
Dia meyakini, kelapa merupakan tanaman unggulan rakyat dan pohon kehidupan sehingga melalui sekolah ini perwakilan petani kelapa yang hadir dapat menjadi penggerak di komunitas untuk mengolah dan mengembangkan kelapa sehingga bermanfaat bagi kebutuhan hidup, ekonomi hijau dan terutama kelestarian ekosistem.
Sekolah kelapa dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Flores Timur, Siprianus Sina Ritan, S. Sos, M. Si. Dalam sambutan, ia mengungkapkan terima kasih kepada YPPS yang sudah merintis sekolah kelapa ini dan sudah berjalan bersama pemerintah dalam kerja-kerja pembangunan dan pemberdayaan.
“Secara historis, Flores Timur ini memiliki luasan lahan terbesar untuk komoditi kelapa di NTT. Mari kita jaga, rawat dan terlebih tanam kembali untuk menjaga dan melestarikan ekosistem supaya tidak terjadi kelangkaan” ujarnya
“Ada banyak manfaat dari kelapa. Mari kita jaga, rawat dan terlebih tanam kembali untuk menjaga dan melestarikan ekosistem supaya tidak terjadi kelangkaan” tutur Kadis Perindag. Melalui sekolah kelapa ini diharapkan bisa menambah wawasan petani kelapa dalam mengolah dan mengembangkan kelapa. “Semoga setelah sekolah kelapa ini, Flores Timur menjadi home industri kelapa ke depan” tambahnya
Hingga terbentuknya, Sekolah kelapa melewati beberapa proses diantaranya assesment, lokakarya pengorganisasian dan sosialisasi serta pembentukan komunitas. Proses ini dimaksudkan agar petani betul-betul memahami maksud dan tujuan terlaksananya program ini.
Para petani akan mengikuti sekolah kelapa yang difasilitasi oleh Staf dan Pengajar di PerDikAn (Perkauman Pendidik untuk Keadilan & Perubahan Sosial), Ahmad Mahmudi.
Selama lima hari ke depan Fasilitator, Ahmad Mahmudi tidak hanya menyinggung soal ekonomi hijau, ekosistem dan energi terbarukan namun juga pangan yang sangat kompleks dan wajib didiskusikan. “Pangan menjadi jati diri kita, oleh karena itu mari kita giatkan untuk memelihara dan melestarikan pangan kita” tuturnya. Ia berharap semoga seusainya sekolah kelapa ini, petani menjadi penggerak yang dapat mengurus sumber daya kehidupan dan menjadi pelopor untuk yang lain. ***(Penulis : Avilla Riwu)