Aksi kolaborasi lintas organisasi yang digelar selama sepekan pada awal Februari 2024 untuk korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur
Dalam upaya membantu pemulihan warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT sejumlah organisasi lintas wilayah berkolaborasi untuk melakukan distribusi bantuan kebutuhan dasar dan kegiatan psikososial.
Adapun organisasi-organisasi yang terlibat di dalamnya terdiri dari Yayasan IDEP Selaras Alam dari Bali, Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) dari Flores Timur, dan Circle of Imagine Society (CIS) Timor dari Kupang.
Ketiganya didukung Save the Children Indonesia, OctaFX, dan Give2Asia untuk membantu 474 keluarga terdampak dari Desa Dulipali dan Desa Klatanlo.
Mngutip Rilis berita dari Yayasan IDEP Bali yang dikirim ke POS-KUPANG.COM disebutkan, aksi kolaborasi lintas organisasi yang digelar selama sepekan pada awal Februari 2024 itu dimaksudkan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar warga terdampak yang baru saja dipulangkan pemerintah setelah lebih dari sebulan terpaksa menempati posko pengungsian sejak erupsi bermula.
Bantuan kebutuhan dasar tadi diterima setiap keluarga dalam bentuk paket Ember Keluarga (family buckets).
Paket ini berisi makanan, minuman, dan kebutuhan sanitasi yang meliputi beras, minyak goreng, telur, gula, kopi, sikat dan pasta gigi, pembalut, dan ember.
Setiap keluarga menerima satu paket yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka selama lebih kurang 1-2 pekan.
Dibantu oleh staf desa, distribusi Ember Keluarga tersebut dilakukan di kantor desa Dulipali untuk 188 keluarga. Sementara di Desa Klatanlo, distribusi dilakukan untuk 286 keluarga.
Erupsi Gunung Lewotobi yang berlangsung sejak awal Januari 2024 telah memaksa lebih dari 6 ribu warga mengungsi.
Ada sekitar tujuh desa dari dua kecamatan di Kabupaten Flores Timur yang terdampak akibat erupsi Gunung Lewotobi.
Desa yang terdampak antara lain, Desa Nobo, Dulipali, Nurabelen, Boru, Nowokote, Hokeng Jaya, dan Desa Klatanlo.
“Ketika terjadi erupsi kami panik, ada rasa takut dan baru pertama kali mengalami erupsi yang sebesar ini. Tidak sama dengan erupsi sebelumnya,” ungkap Maria Rasdiana Hasulie (52), salah satu penerima paket bantuan.
Dia melanjutkan “Paling berat yang kami rasakan adalah kehilangan mata pencaharian secara ekonomi, ada tanggungan yang tidak sedikit di luar kebutuhan makan sehar-hari, ada registrasi anak masuk sekolah dan juga biaya sehari-hari untuk dia sekolah”.
“Pulang dari mengungsi, semua orang mengalami kondisi yang sama secara ekonomi. Desa Dulipali dan Klatanlo bahkan masuk daerah rawan bencana. Radius desa kami itu dari gunung 3,8 kilometer,” tambah Maria Rasdiana Hasulie.
Erupsi ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung dari material erupsi dan aliran piroklastik, namun juga berdampak serius terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama warga yang tinggal di daerah kawasan rawan bencana (KRB).
Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura dan Desa Klatanlo di Kecamatan Wulanggitang adalah dua desa yang termasuk di dalam kawasan tersebut.
Berjarak sekitar kurang dari 5 kilometer dari Gunung Lewotobi, potensi bahaya erupsi dan banjir lahar dingin masih cukup besar. Dengan demikian keselamatan warga setempat masih perlu menjadi perhatian utama.
Kendati para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi sudah kembali ke rumah masing-masing, sebagian warga yang tinggal di dalam radius erupsi seperti Maria dan keluarganya masih tetap waspada.
Terutama jika hujan deras, mereka masih harus mengungsi ke tempat lain untuk berjaga-jaga dan memastikan keselamatan keluarga masing-masing.
Selain menyasar keluarga secara umum, anak-anak mendapat perhatian khusus dalam aksi kolaborasi lintas organisasi ini.
Karena itu, sembari orangtuanya menerima paket Ember Keluarga, anak-anak mereka diajak untuk terlibat dalam sejumlah kegiatan psikososial.
Dalam kegiatan ini, anak-anak dari Kelompok Belajar dan Taman Kanak-Kanak di dua desa tadi diajak untuk bermain sekaligus belajar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuannya untuk mengajak anak-anak dalam meningkatkan kepedulian mengenai kebersihan dan kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing dan diri sendiri.
“Kegiatan distribusi ini merupakan bentuk dukungan dan bantuan bagi penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Kami tim dari IDEP dan mitra telah melakukan asesmen ke dua desa yakni Dulipali dan Klatanlo untuk menganalisa kebutuhan dan mendata jumlah penyintas. Dari situ kami mulai mendistribusikan bantuan bahan makanan dan peralatan kebersihan pribadi, promosi kesehatan kepada anak, serta pendidikan kebencanaan melalui fun games,” terang Putu Suryawan Nadi selaku Koordinator Program IDEP.
Simulasi kebencanaan juga dipraktikkan bersama anak-anak sehingga mereka dapat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi, atau bencana yang lainnya.
Mereka juga diajak untuk belajar tentang penanggulangan bencana di level yang paling sederhana, melindungi kepala dan masuk ke kolong meja ketika berada di dalam ruangan, atau mencari tempat yang lebih tinggi ketika terjadi bencana banjir.
Rangkaian kegiatan psikososial ini juga menjadi jembatan kerinduan bagi para guru dan murid yang sudah lebih dari satu bulan masih belum memulai kegiatan belajar-mengajar di ruang kelas.
Tentang IDEP:
IDEP, yang berkantor di Sukawati, Gianyar, Bali, merupakan organisasi non-pemerintah yang didirikan pada tahun 1999.
IDEP mengembangkan model-model ketangguhan masyarakat melalui pelatihan, pendampingan masyarakat, pendistribusian media yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian lingkungan, pertanian berkelanjutan dengan pendekatan permakultur, dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
Kendati merupakan organisasi lokal yang berbasis di Bali, namun selama 24 tahun IDEP telah bekerja di hampir 25 provinsi di Indonesia dan juga di negara-negara lain seperti Pakistan, Filipina, dan Timor Leste.(*)
Sumber: https://kupang.tribunnews.com/2024/02/22/lewotobi-erupsi-organisasi-lintas-wilayah-berkolaborasi-distribusikan-bantuan?page=all