Oleh Yayasan IPAS Indonesia | Oktober 23, 2025

Yayasan IPAS Indonesia melalui proyek TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Kesehatan Perempuan Nusa Tenggara) mendorong perluasan akses kesehatan reproduksi terutama Asuhan Pasca Keguguran (APK) dan Keluarga Berencana (KB) yang berkualitas. Proyek TAKENUSA telah dijalankan sejak 2023 di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satunya adalah di Kabupaten Flores Timur.
Sebanyak penyedia layanan yang terdiri dari 8 dokter spesialis kandungan dan kebidanan, 9 dokter umum, dan 123 bidan telah mengikuti pelatihan APK dan KB pada 2023-2024. Pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan dua layanan tersebut di wilayah proyek TAKENUSA.
Setelah pelatihan, penyedia layanan memberikan kedua layanan tersebut. Salah satu tempatnya adalah di puskemas. Di Kabupaten Flores Timur, ada tiga puskesmas yakni, Waiwerang, Ile Bura, dan Ritaebang. Untuk meningkatkan mutu layanan di puskesmas, Yayasan IPAS Indonesia bekerja sama dengan YPPS Flores Timur mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendorong perbaikan mutu layanan. Usaha tersebut dikemas dalam Mekanisme Umpan Balik (MUB).
Proses MUB di Flores Timur dilakukan pada kurun waktu Maret-Mei 2025 dengan melibatkan 106 orang terdiri dari 95 perempuan dan 11 laki-laki. Proses ini dimulai dari persiapan, diskusi kelompok terfokus dari kelompok masyarakat dan penyedia layanan kesehatan, pertemuan kolaborasi untuk pembahasaan hasil umpan balik, penyusunan rencana aksi peningkatan kualitas layanan, hingga rencana monitoring

Fasilitator MUB sekaligus Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Flores Timur Kamaria Lamanele mengatakan topik yang kerap muncul dalam diskusi adalah akses menuju fasilitas kesehatan seperti kondisi jalan yang rusak. “Yang kedua adalah antrean layanan yang sangat lama. Kemudian pemeriksaan lanjutan ke dokter obgyn karena transportasi bayarnya mahal,” ujar Kamaria.
Ia menambahkan, MUB bukan untuk menilai, melainkan diskusi untuk menggali informasi untuk memperbaiki dan memperkuat layanan. “Jadi bagus karena MUB mulainya dari penerima layanan, lalu kita sampaikan rekomendasi kepada pemberi layanan. Lalu ada kesempatan untuk klarifikasi rekomendasi tersebut antara penerima dan pemberi layanan,” imbuhnya.
Kepala Puskesmas Waiwerang, Martinus Sanga Samon, A.Md.Kep mengatakan pemberian umpan balik langsung dari masyarkat terkait layanan kesehatan memang baru kali pertama ia hadapi. Biasanya puskesmas menggunakan kotak informasi untuk menampung masukan dari masyarakat.
“Tapi terima kasih juga [atas MUB ini]. Ada banyak hal positif yang kita dapat. Dan apa yang kurang dari puskesmas ke depannya kami akan atau bisa mengubah yaitu tentang adanya keterlambatan pelayanan dan akses jalan ke dalam puskesmas,” tegasnya.
Ia juga terbuka untuk terus memperbaiki layanan seperti mendorong tenaga kesehatan untuk lebih ramah dan cepat dalam memberikan layanan.

Dalam MUB itu, ia mengakui tidak hanya perbaikan yang disampaikan. Tetapi ada juga apresiasi dari masyarakat terkait layanan yang selama ini diakses. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Puskesmas Ile Bura, Yohanes Noda Kwuta, A.Md.Kep. Ia sangat mengapresiasi masyarakat yang telah menyampaikan secara jujur atas layanan yang diberikan oleh puskesmas. “Kami sangat senang dengan hal ini karena kami tidak bisa menilai diri sendiri tetapi lebih baik dari masyarakat yang menilai sehingga apa yang masih kurang bisa diperbaiki,” tegasnya.
Ia pun berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan. “Ketika pelayanan kita masih belum dirasakan atau belum baik kepada masyarakat. Kita siap untuk sama-sama melakukan tindak lanjut ke depannya agar lebih baik, dan kalau sudah baik mungkin kita tingkatkan lagi sehingga menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya.



