
Iska, seorang remaja perempuan asal Desa Tuawolo, kini tampil sebagai salah satu wajah muda yang aktif menyuarakan isu kesehatan reproduksi (Kespro) di kalangan teman sebayanya. Baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal, ia terus mengajak teman-temannya untuk peduli dan terbuka dalam membicarakan topik yang selama ini masih dianggap tabu.
Perjalanan Iska dimulai saat ia duduk di kelas dua SMP Lembah Kelapa, pada tahun 2023. Saat itu, ia pertama kali terlibat dalam kegiatan yang difasilitasi oleh Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) melalui proyek TAKENUSA. Kegiatan tersebut berupa diskusi remaja dan pelatihan kader di Desa Tuawolo.
Di awal keterlibatannya, Iska lebih banyak diam dan menjadi pendengar. Ia belum cukup percaya diri untuk berbicara di hadapan kelompok. Namun, sikapnya yang tenang dan rasa ingin tahunya yang besar menjadi titik awal tumbuhnya pemahaman dan ketertarikannya pada isu Kespro.
Perubahan nyata mulai terlihat saat Iska mulai rutin menghadiri kegiatan dialog kader remaja yang dipandu oleh tim YPPS. Dalam setiap pertemuan, para peserta tidak hanya diberikan materi, tetapi juga didorong untuk aktif berpartisipasi melalui simulasi, diskusi kelompok, serta latihan memfasilitasi sesi dialog tentang kesehatan reproduksi.

Dorongan dari para fasilitator, serta semangat dan dukungan dari teman-teman sesama kader, menjadi bahan bakar yang mendorong perkembangan Iska. Bagi Iska, kehadirannya dalam gerakan ini bukan sekadar belajar, tetapi juga bentuk kepeduliannya terhadap kesehatan sesama remaja. Di usia 14 tahun, ia telah menjadi salah satu motor penggerak kampanye Kespro di desanya.
Kini, Iska dikenal sebagai remaja yang cukup menguasai pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi. Ia berani tampil memfasilitasi dialog dengan teman-temannya dan aktif mengajak remaja lain untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Kisah Iska menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, dukungan yang konsisten, serta ruang aman untuk berkembang, setiap remaja memiliki potensi untuk tumbuh menjadi pemimpin muda. Ia tidak lagi menjadi penonton, melainkan pelaku perubahan di komunitasnya—khususnya dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi.
Penulis: Katarina Koten/ Tim Takenusa YPPS & SP Pati Hokor/TIm Takenusa Ypps