Kawan YPPS
  • Home
  • Program YPPS
  • News
  • Profil YPPS
    • Sejarah
    • Kemitraan
    • Kondisi Terkini
No Result
View All Result
  • Home
  • Program YPPS
  • News
  • Profil YPPS
    • Sejarah
    • Kemitraan
    • Kondisi Terkini
No Result
View All Result
Kawan YPPS
No Result
View All Result
Home News
Salbia Wuun Samon: Perempuan Disabilitas Mental Ringan yang Sukses Kelola Kios di Perbukitan Lambunga

Salbia Wuun Samon: Perempuan Disabilitas Mental Ringan yang Sukses Kelola Kios di Perbukitan Lambunga

KawanYPPS by KawanYPPS
Juli 11, 2025
in News, Program YPPS, WeForJet Flores Timur
0
0
SHARES
29
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Salbia Wuun Samon dan Kios Kecilnya/ YPPS

Di tengah sejuknya perbukitan Desa Lambunga, Kecamatan Kelubagolit, Flores Timur, berdiri sebuah kios kecil yang kini menjadi simbol perubahan dan harapan. Kios ini milik Salbia Wuun Samon (31), seorang perempuan dengan disabilitas mental ringan yang berhasil membuktikan dirinya mampu mandiri secara ekonomi dan aktif dalam komunitas.

Salbia, yang akrab disapa warga dengan nama depannya, semula diragukan bisa mengikuti kegiatan kelompok Saving and Internal Lending Community (SILC) yang difasilitasi oleh program Women Lead for Just Energy Transition (WE for JET) Kerjasama YPPS dan Oxfam. Tak hanya dirinya, pihak keluarga pun sempat pesimis. Mereka khawatir Salbia akan kesulitan mengikuti ritme kelompok, mencatat transaksi, atau bahkan mengelola pinjaman.

Namun, semua keraguan itu perlahan sirna berkat pendekatan yang sabar, inklusif, dan penuh empati dari Ketua SILC Ina Sayang ibu Agnes Masa Laot (Ibu Asty). Pendampingan yang konsisten diterapkan, Salbia mulai menunjukkan kemajuan. Ia belajar mencatat pemasukan dan pengeluaran sederhana, memahami pentingnya menabung, dan memberanikan diri untuk meminjam modal guna membuka kios kecil di rumahnya.

“Saya jual permen dan snack,  Sedikit-sedikit. Tapi saya senang sekali kalau ada orang beli,” ujarnya dengan senyum malu-malu saat ditemui di kiosnya.

Setiap minggu, Salbia rutin hadir dalam pertemuan SILC. Ia menyetor keuntungan kecil dari hasil jualannya, mendengarkan kisah sesama anggota, dan menceritakan perkembangan usahanya. Baginya, SILC bukan sekadar kelompok simpan pinjam, melainkan ruang tumbuh—secara sosial, emosional, dan pribadi.

“Saya suka kumpul di SILC. Dengar cerita teman-teman. Saya juga cerita kios saya. Rasanya saya punya teman,” ungkapnya pelan.

Transaksi Silc Ina Sayang

Kini, kios kecil milik Salbia tidak hanya menopang kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menjadi ruang aman tempat ia merasa dihargai dan diakui sebagai individu yang mampu berkontribusi. Ia kini dapat membeli kebutuhan pribadi tanpa bergantung penuh pada keluarga.

Perjalanan Salbia menjadi bukti bahwa inklusivitas, pendampingan yang tepat, dan kepercayaan mampu membuka potensi luar biasa dari individu yang selama ini tersisih oleh stigma disabilitas. Salbia tak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga memberi harapan baru bagi keluarga lain yang memiliki anggota dengan disabilitas.

Kios sederhana itu memang tak seberapa secara fisik, namun di balik setiap permen dan camilan yang dijual, tersimpan kisah ketekunan dan keberanian. Setiap receh yang ditabung dalam SILC menjadi simbol bahwa masa depan dapat dibangun—bahkan dari titik paling sederhana—selama ada kesempatan, pendampingan tulus, dan komunitas yang mendukung.

Penulis: Thomas Matias Hadjon/ Staf Program WeForJET YPPS

Editor: SP Pati Hokor

Tags: energi terbarukanSILC

Related Posts

Dari Kebun, Dapur, Pasar, hingga Panggung
New Post

Dari Kebun, Dapur, Pasar, hingga Panggung

Robertus Rota Hage, Petani Tangguh yang Kini Menjadi Pemimpin KSB Ditengah Bencana Erupsi Gunung
New Post

Robertus Rota Hage, Petani Tangguh yang Kini Menjadi Pemimpin KSB Ditengah Bencana Erupsi Gunung

Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao
Campaign

Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao

“Bukan Lagi Penonton: Perjalanan Iska Menjadi Wajah Perubahan Kespro”
Program YPPS

“Bukan Lagi Penonton: Perjalanan Iska Menjadi Wajah Perubahan Kespro”

Kelompok SILC St. Gabriel Lewolere, Wujud Kemandirian Ekonomi Umat Berbasis Komunitas
News

Kelompok SILC St. Gabriel Lewolere, Wujud Kemandirian Ekonomi Umat Berbasis Komunitas

“Menstruasi, Relasi, dan Mimpi Remaja: Kisah Bidan Ita dan Remaja Desa Nuhalolon”
News

“Menstruasi, Relasi, dan Mimpi Remaja: Kisah Bidan Ita dan Remaja Desa Nuhalolon”

Next Post
Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao

Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

Dari Kebun, Dapur, Pasar, hingga Panggung

Dari Kebun, Dapur, Pasar, hingga Panggung

Robertus Rota Hage, Petani Tangguh yang Kini Menjadi Pemimpin KSB Ditengah Bencana Erupsi Gunung

Robertus Rota Hage, Petani Tangguh yang Kini Menjadi Pemimpin KSB Ditengah Bencana Erupsi Gunung

Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao

Dari Tsunami ke Bengkel Las: Perjalanan Hery Membangun Waibao

Instagram Facebook Twitter Youtube
Kawan YPPS

Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Kabupaten Flores Timur

© 2022 - YPPS Kabupaten Flores Timur

No Result
View All Result
  • Home
  • Program YPPS
  • News
  • Profil YPPS
    • Sejarah
    • Kemitraan
    • Kondisi Terkini

© 2022 - YPPS Kabupaten Flores Timur