
Desa Nobo, Flores Timur — Robertus Rota Hage, pria kelahiran Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya pada 20 Desember 1992, kini menjadi salah satu tokoh penting dalam penanganan bencana di Desa Nobo, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. Di tengah situasi darurat akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, pria yang akrab disapa Hage atau Robert ini tampil sebagai pemimpin yang tangguh dan penuh dedikasi.
Robert memulai perjalanannya di Flores Timur sejak tahun 2014, mengikuti salah satu saudarinya yang menikah dan menetap di Desa Watowara kec. Titehena. Berbekal pendidikan diploma dibidang pertanian, ia memilih menekuni budidaya hortikultura, khususnya sayur-mayur, dengan menyewa lahan di daerah persawahan Konga. Selain bertani, ia juga menjalankan usaha produksi batu bata merah di wilayah Wairunu sebagai sumber penghasilan tambahan.
Kehidupan pribadinya mengalami perubahan pada tahun 2021, saat ia menikahi Maria Adriana Puka seorang gadis asal Desa Nobo dan memutuskan menetap di desa tersebut. Di sana, ia mengembangkan kurang lebih 21 jenis sayuran dalam satu hamparan lahan. Karena dikenal aktif, tanggap, dan memiliki semangat gotong royong tinggi, masyarakat mempercayakannya sebagai Ketua RT 02—jabatan yang masih dipegang hingga kini.
Namun, bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengubah prioritas hidup Robert. Ia memilih meninggalkan usaha pertaniannya demi fokus mengurus para pengungsi dan kebutuhan logistik masyarakat terdampak. Kepedulian dan ketekunannya dalam melayani masyarakat membawanya dipercayakan sebagai Koordinator Bidang Logistik Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Nobo sejak Mei 2024.
Tak berhenti di situ, pada 19 Juni 2025, Robert resmi diangkat sebagai Ketua KSB Desa Nobo setelah dilakukan evaluasi dan restrukturisasi organisasi KSB. Sejak saat itu, ia menjadi ujung tombak berbagai upaya penanggulangan bencana di tingkat desa.
Dalam tugasnya, Robert aktif memperjuangkan alokasi anggaran desa untuk mendukung kegiatan KSB. Ia juga menjalin kerja sama erat dengan Kementerian Sosial, Tagana, TNI, dan POLRI untuk menjamin kelancaran distribusi logistik, operasional dapur umum, serta pemenuhan kebutuhan pokok pengungsi.
Misi dan Harapan Ketua KSB ke Depan

Robertus Rota Hage menegaskan bahwa misinya sebagai Ketua KSB adalah menjadi perpanjangan tangan antara pemerintah dan masyarakat, khususnya dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana. Ia juga bertekad untuk mendukung dan membackup program-program Pemerintah Desa Nobo, seperti aksi penghijauan yang juga lahir dari proses Panjang kajian kerentanan yang digelar Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial(YPPS) bersama mitranya Catolic Relief Services di Indonesia (CRS ID).
Pemimpin yang Bertanggung Jawab dan Mampu Membuat Perubahan
Menurut Katarina Oni Boruk, Sekretaris KSB sekaligus penyintas bencana, sosok Robert layak diapresiasi atas kinerjanya sejak awal menjabat sebagai Ketua KSB. “Ketua KSB orangnya baik, pribadi yang bertanggung jawab dan mampu mengelola berbagai hal. Salah satu gerakan awal di masa kepemimpinannya yang kami rasakan manfaatnya adalah ketika beliau berhasil melakukan lobi ke Kementerian Sosial saat kunjungan ke lokasi pengungsian di Konga,” ungkap Katarina.
Dari hasil lobi tersebut, masyarakat menerima berbagai bantuan penting, seperti: Kecukupan bahan makanan di dapur umum hingga saat ini;T iga unit tenda darurat untuk keperluan sekolah tingkat SMP; Serta fasilitas belajar portabel yang kini digunakan oleh anak-anak pengungsi.
Pemimpin dari Akar Rumput
Meski sering mengalami kelelahan fisik maupun tekanan psikis, Robert tetap menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh semangat. Ia menjadi simbol kepemimpinan dari akar rumput—pemimpin yang bukan hanya berbicara, tetapi bekerja nyata bersama masyarakat.
“Selama masyarakat masih membutuhkan saya, saya akan tetap berdiri bersama mereka,” ucap Robert dengan nada tegas namun rendah hati saat ditemui di Posko KSB Desa Nobo.
Penulis: Thresia Kornelia N Open/YPPS. Editor: SP Pati Hokor/YPPS