
Lirik lagu Kolam Susu – Koes Plus, lagu legendaris 1973 yang memaknai kekayaan alam Indonesia, ternyata memiliki konektivitas dengan kehidupan real warga desa Mokantarak dalam menghadapi bencana dan perubahan iklim. Kalau Koes Plus menyanyikan Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, maka petani desa Mokantarak menyahutnya dengan tongkat kayu dan batu jadi pendapatan ekonomi rumah tangga. Gambaran kondisi kehidupan para petani desa Mokantarak diperoleh tim baseline survey CRS yang dilaksanakan pada 5-7 September 2022. Sampel data survei yang diambil berjumlah 27 responden yang tersebar di empat dusun. Wawancara responden dilakukan dengan metode randdom walk. Sedangkan proses wawancara dengan menggunakan aplikasi CommCare. Tim Baseline Survey CRS terdiri atas tiga orang, yakni Liberius Langsinus (Bung Sila), Rafael Ola Keraf dan Donatus Kopong Leyn.
Ada lima desa di kabupaten Flores Timur, yakni desa Mokantarak kecamatan Larantuka, desa Blepanawa dan desa Lewomuda kecamatan Demon Pagong, desa Beliko kecamatan Wotan Ulumado dan desa Bugalima kecamatan Adonara Barat, menjadi sasaran program Increasing Resilency Through CCA and DRR in Nusa Tenggara (INCIDENT). Program INCIDENT masuk di kabupaten Flores Timur atas kerjasama Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial(YPPS) dan Catholic Relief Services (CRS). Dari Lima desa tersebut hanya desa Mokantarak sebagai sampel Baseline Survey.
Menurut Bung Sila, pola bertani warga desa Mokantarak sudah mengalami pergeseran. Bercocok tanam seperti tanam jagung, padi, singkong/ubi kayu, sayur-sayuran dan kacang-kacangan tidak lagi menjadi sumber mata pencaharian. Sebab produksi pangan tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka akibat perubahan iklim, hama dan penyakit tanaman. Sehingga sebagian petani memilih profesi nelayan, tukang belah batu alam dan jualan kayu api.
Profesi ini lebih cepat mendapatkan uang, karena sumber daya alam yang melimpah di desa Mokantarak. Perubahan iklim seekstrim apa pun tidak mempengaruhi ketersediaan batu alam. Jika kekeringan ekstrim dan kelebihan hujan, kayu api bertambah banyak.

Mokantarak OKE
Rabu, 14 September 2022 tim YPPS menggelar sosialisasi INCIDENT Project di desa Mokantarak. Magdalena Rianghepat, Manager Program YPPS menjelaskan program INCIDENT bertujuan meningkatkan dan memperkuat kapasitas masyarakat agar mampu beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dan bencana melalui praktik pertanian selaras alam,regeneratif dan sistem pengendalian hama terpadu.
Struktur masyarakat diperkuat mempersiapkan dan beradaptasi dengan bencana dan perubahan iklim sehingga perlu dibentuk Tim Siaga Bencana Desa. “Rumah tangga yang rentan terhadap bencana dan perubahan iklim harus memiliki akses ke layanan keuangan, maka perlu dibentuk Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP)”, ujar Magdalena Rianghepat, Srikandi tangguh YPPS.
Petrus Baga Maran, Kepala Desa Mokantarak menyatakan kesanggupan bersama warga masyarakatnya untuk mendukung dan mensukseskan program INCIDENT ini selama 18 bulan ke depan. Program INCIDENT sangat tepat hadir di desa kami dengan mengusung tiga pilar utama yaitu, Pertanian terpadu, pengurangan resiko bencana dan akses layanan keuangan bagi warga yang rentan dalam mengadapi bencana dan perubahan iklim. Karakteristik dan topografi wilayah lereng, gunung dan berbatu menjadi tantangan utama selain hama monyet dan belum adanya akses jalan usaha tani ke kebun tani sekitar tiga Km.
Tantangan yang diutarakan Kepala Desa Mokantarak disambut hangat oleh salah satu staf YPPS, Bung Sila. Menurutnya manusia diberi akal untuk mensiasati perubahan iklim dan kebencanaan. Intinya kita harus Optimis (yakin). Ia memperkenalkan spirit Mokantarak OKE (Optimis Kunci suksEs) sebagai visi bersama membangun masyarakat desa Mokantarak tangguh bencana dan siaga lumbung desa. Hal ini dilatari catatan kelam sekitar 1970-an warga kampung Lewokung yang kini melebur menjadi desa Mokantarak mengalami kelaparan panjang akibat gagal panen dan kematian masal akibat wabah kolera (https://mokantarakdesa.id). Sosialisasi INCIDENT Project bertempat di Balai Rakyat Serba Guna Desa Mokantarak, yang dihadiri Pemerintah Desa, BPD, perwakilan perempuan, Bidan desa, dan tokoh masyarakat serta tim dari YPPS.*** (Liberius Langsinus-Fasilitator Desa Mokantarak_INCIDENT Project)