
Rabu,15 September 2022, tim dari Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) kembali hadir ke Desa Beliko guna melakukan survey lapangan ke rumah – rumah warga. Tujuan kegiatan lapangan ini, yakni menggali lebih dalam kegiatan pertanian cerdas iklim dengan pemanfaatan potensi pekarangan rumah, pemilihan dan penyimpanan bibit serta manajemen hama dan penyakit tanaman. Hal ini untuk menarik sinkronisasi salah satu program Increasing Reseliliency Through CCA dan DRR in Nusa Tenggara ( INCIDENT) yakni agriculture.

Pemerintah desa Beliko di bawah kepemimpinan Matheus Kopong Boro telah melaksanakan program pertanian selaras alam. Hal ini dibuktikan dengan penyediaan sarana produksi (saprodi) pertanian bagi setiap KK yang memiliki lahan pekarangan. Pemdes Beliko telah menganggarkan pembelian 87 Profil tank ukuran 750 Ltr, 4500 mtr selang ½ dim, 6 buah Reservoir, dan bibit tanaman sayur-sayuran.
Menurut Matheus Kopong Boro, masyarakat kita punya lahan pekarangan yang luas dan ada sumber air yang cukup. Tetapi kenapa hanya sayur saja kita mesti belinya di pasar. “Jika warga sanggup kelolah lahan pekarangan menjadi kebun gizi, saya yakin perputaran ekonomi rumah tangga bisa meningkat selain untuk mencukupi kebutuhan sendiri”, ujar Kades Beliko.
Tim survei menyebar ke tiga dusun. Kami mewawancarai 25 responden yang tersebar di tiga dusun. Hampir semua responden yang dikunjungi memiliki kebun pekarangan. Materi wawancara lebih fokus pada jenis tanaman yang ditanam di pekarangan, kebun, ladang, jenis dan jumlah ternak, hama dan penyakit tanaman, pemupukan serta jumlah tanggungan anak sekolah dalam keluarga. Salah satu kebun pekarangan milik Aloysius Louis Kelen, sudah ditanami Sawi, kangkung, Salada, Lombok, Terung dan Mentimun. Dari segi pemanfaatan kebanyakan digunakan untuk konsumsi sendiri. Sedangkan hama yang paling sering menyerang tanaman adalah kutu loncat. Mereka belum melakukan pengendalian hama terpadu.*** (Katarina Koten-Fasilitator Desa Beliko_INCIDENT Project).