
Donatus Kopong)
Petani Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, menerima pelatihan Pertanian Konservasi dan Cerdas Iklim, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) atas dukungan NGO Catholic Relief Service (CRS).
Kegiatan berlangsung selama dua hari, yakni tanggal 21 dan 22 November 2022. Penyampaian materi dilaksanakan di Balai Desa Bugalima sedangkan praktik diaplikasi di kebun demplot milik petani dengan melibatkan perwakilan empat kelompok tani yaitu, Baran Tawa, Tawan Sare, Hone Wai dan Via Vite, berjumlah 30 orang.
Pelatihan ini dihadiri pemateri pemateri Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Adonara Barat, Eduardus Apenobe bersama Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Stefanus Usen Kia dan Field Facilitator, Donatus Kopong.
Donatus Kopong Leyn, Field Facilitator INCIDENT Project, mengatakan bahwa “pelatihan tentang konservasi dan cerdas iklim bertujuan, agar para petani dilatih memahami konsep pertanian konservasi dan cerdas iklim sehingga mampu mempraktekkan dan mereplikasi praktek- praktek tentang pertanian koservasi dan cerdas iklim di kebun masing – masing serta menyebarluaskan praktek- praktek pertanian konservasi ini kepada para petani lainnya”
Lebih lanjut, Stefanus Usen Kia, Peyuluh Lapangan Pertanian (PPL) Desa Bugalima, dalam materinya terkait pertanian konservasi dan cerdas iklim memaparkan, pertanian konservasi adalah salah satu alternatif model praktek pertanian di lahan kering yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktifitas tanaman dan kualitas lingkungan melalui perbaikan kualitas tanah,
Model pertanian konservasi lebih menekankan pada perbaikan kandungan bahan organik tanah melalui tiga pendekatan, yaitu, olah tanah, pemulsaan dan pola tanam. Olah tanah minimal dilakukan dengan menggali lubang tanah atau pembuatan terasering. Sedangkan pemulsaan dilakukan dengan memanfaatkan dedaunan di sekitar kebun untuk ditebar di kebun. Terakhir, pola tanam dengan menanam tanaman monokultur, menanam tanaman satu jenis dan pola tanam polikultur dengan menanam banyak tanaman pada satu bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang baik.
Di sisi lain, Eduardus Apenobe, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian menekankan bahwa pertanian konservasi ini mendorong petani untuk menjaga kesuburan tanah dengan perbaikan/rehabilitasi tanah menggunakan pupuk kompos dan memanfaatkan tanaman/daun legume, pupuk dasar dengan kompos dan bahan organik.

Hari kedua pelatihan, dilakukan praktek pembuatan alat tes kesuburan tanah, pembuatan pupuk kompos dan praktek penerapan pertanian konservasi dan cerdas iklim demplot.
Dalam diskusi di sela-sela pengerjaan demplot, Martinus Tena Rere, anggota kelompok tani Baran Tawa, mengatakan bahwa “selama ini kami berkebun dengan cara membakar dan membersihkan kebun sebersih- bersihnya ternyata ini keliru, pelatihan ini semakin membuat kami paham dan mendorong kami menerapkan pertanian konservasi dengan cara menebar dedaunan di kebun agar nanti hancur bisa menyuburkan tanah, gali lubang, membuat terasering dan menerapkan pola tanam tumpang sari dan atau pola tanam double truk seperti yang dijelaskan pendamping pertanian”.
Sekretaris Desa Bugalima, Yoseph Dapa mengucapkan, “terimakasih kepada para pemateri dan perwakilan anggota kelompok tani yang walau dengan kondisi hujan tetapi kegiatan ini berhasil dilaksanakan, kami pemerintah desa terus mendorong agar para petani desa Bugalima menerapkan model pertanian konservasi dan cerdas iklim ini.***(Penulis: Donatus Kopong Leyn/Editor: Avilla Riwu)