
Dr. Daryono, S.Si, M.Si, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG
- Dr. Daryono, S.Si, M.Si, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG: “Dari sejarah kegempaan, NTT akan selalu terjadi gempa. Yang perlu adalah memperkuat kesiapsiagaan. Pembangunan mesti berbasis risiko gempa dan tsunami.
- Melky Koli Baran, Direktur YPPS: “Membangun kesiapsiagaan melalui berbagi informasi dan pengetahuan. Webinar seperti ini merupakan salah satu cara membangun kesiapsiagaan bersama”.
***
Webbinar PRBBK (Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas) inklusif
Jumad, 13 Mei 2022. Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) bekerja sama dengan Catolic Relief Service (SRS) dan Masyarakat Peduli Bencana Indonesia (MPBI) menyelenggarakan seminar online (webinar). Seminar tentang Penanggulangan Bencana yang Inklusif ini merupakan bagian dari Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional tahun 2022 dengan tema Masyarakat Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana.
Sebagai pembicara dalam seminar ini, panitya berhasil menghadirkan Kepala Mtigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono, S.Si, M.Si. Selain Dr. Daryono, seminar ini diperkata oleh nara sumber lain, yakni Petrasa Wacna dari Aksi Komunitas, Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Flores Timur Yohanes Berkmasn Hayon, Yohanes Edu Mungga dari CRS dan Magdalena Rianghepat dari YPPS. Dr. Iskandar Leman dari MPBI bertindak sebagai moderator seminar ini.
Ancaman Gempa dan Tsunami
Dr. Daryono dalam presentasenya membuka secara telanjang potensi gempa dan tsunami di provinsi Nusa Tenggara Timur. Presentase yang membuat tercengang para peserta seminar ini yang bermukim di Nusa Tenggara Timur. Peta yang diperlihatkannya dalam presentase ini bahwa seluruh wilayah pantai dan pesisir NTT yang berhadapan dengan laut Flores terancam gempa dan tsunami. Tak ketinggalan Labuan Bajo di Manggarai Barat dengan potensi wisata premiumnya.
Menurut Daryono, sumber gempa yang bisa memicu tsunami di Nusa Tenggara Timur adalah sesar naik busur belakang (back arn thrust) dan megathrust Sumba.
Provinsi kepulauan yang meliputi Timor, Flores, Sumba dan pulau-pulau kecil sekitarnya memiliki sumber gempa dan tsunami unsur tektonik. Ada Sesar Naik Flores (Flores Thrust), Sesar Naik Wetar (Wetas Thrust), Sesar Sumba, Megathruts Sumba dan Timor Through.
BMKG membuat scenario model peta tingkat guncangan (shake map) yang menggambarkan dampak gempa yang mungkin terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta seperti ini dapat menjadi acuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam mitigasi. kSeperti penataan ruang dan merencanakan struktur bangunan yang cocok dengan potensi gempa di daerah ini.
BMKG membuat scenario model gempa akibat sesar naik Flores M7,5 dengan status ancaman siaga. Pada scenario ini, tinggi tsunami mencapai 0,5-3 meter di Labuan Bajo, Manggarai, Flores Timur dan alor. Skenario model gempa akibat Subduksi Megathrust M7,5 dengan status ancaman awas pada ketinggian tsunami > 3 Meter terjadi di Sumba, Labuan Bajo, Manggarai, Sabu, Rote dan Kupang.
Peta Bahaya Tsunami
Daryono menjelaskan bahwa BMKG telah menetapkan peta bahaya tsunami di NTT. Di desa Tiwatobi, Larantukam, Flores Timur, scenario terburuk tsunami adalah jarak rendaman lebih kurang 500 meter. Tinggi/kedalaman genangan maksimal 3-6 meter di pesisir pantai dan waktu tiba tsunami 3 menit setelah gempa.
Di kota Maumere kabupaten Sika, peta bahaya tsunami sepanjang panta Maumere yang berhadapan dengan laut Flores. Level tsunami awas dengan ketinggian lebih dari 3 meter. Level siaga dengan ketinggian tsunami antara 0,5 meter dan 3 meter. Level status tsunami waspada dengan ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter.
Terhadap scenario ini, saran BMKG agar pemerintah provinsi atau kabupaten yang berada pada level awas, siaga dan waspada ini mengedukasi masyarakat dan mengarahkan untuk evakuasi mandiri ketika terjadi gempa.
Peta Tsunami TFlores-Alor
Secara rinci, BMKG juga membuat pemodelan dan peta perkiraan ketinggian tsunami dan waktu kedatangannya untuk tiap kabupaten di Flores dan Alor. Semua kabupaten di Flores, Lembata dan Alor terpetakan rawan gempa dan tsunami.
Kabupaten Manggarai Barat dengan ketinggian tsunami 1-3 meter dan waktu kedatangan 17-19 menit setelah gempa. Kabupaten Manggarai dengan ketinggian tsunami 1-3 meter dan waktu kedatangan: 13-15 menit setelah gempa. Manggarai Timur dengan ketinggian tsunami 1-3 meter dan waktu kedatangan 7-9 menit setelah gempa.
Di Flores bagian tengah, scenario ketinggian tsunami untuk kabupaten Nagekeo adalah 5-7 meter dan waktu kedatangan 1-3 menit setelah gempa. Kabupaten Ngada dengan ketinggian 1-3 meter dan waktu kedatangan 3-5 menit. Di kabupaten Nagekeo, ketinggian tsunami mencapai 5-7 meter dan waktu kedatangan 1-3 menit setelah gempa. Di kabupaten Ende. ketinggian tsunami antara 5-7 meter dan waktu kedatangan 1-3 menit setelah gempa.
Ke Timur Flores di kabupaten Sikka ketinggian tsunami 4-6 meter dengan waktu kedatangan 1-3 menit setelah gempa. Di Flores Timur, ketinggian tsunami mencapai 2-4 meter dengan waktu kedatangan 1-3 menit. Di Kabupaten Lembata Lembata, ketinggian tsunami 1-3 meter, dan waktu kedatangan 13-15 menit. Sedangkan kabupaten Alor dengan ketinggian 1-3 meter, dan waktu kedatangan 223-25 menit.
Gempa Tsunami di NTT dalam Sejarah
Daryono kesempatan itu memaparkan rekaman peta gempa dan tsunami di Nusa Tenggara Timu pada masa silam. Peta ini memperlihatkan bahwa jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, gempa dan tsunami pernah terjadi di Nusa Tenggara Timur.
Ia memperlihatkan bahwa sejak 1896 telah terjadi 21 kali gempa merusak di provinsi NTT. Tanggal 5 Oktober 1891, tanggal 24 Maret 1908, tanggal 13 Februari 1991dan tanggal 14 Mei 1995 titik gempa terjadi di sekitar kepulauan Alor dan Solor.
Paparan Daryono ini mendekati certa-cerita legenda tentang tenggelamnya sejumlah pulau di Nusa Tenggara Timur. Seperti tenggelamnya pulau Keroko Puken yang penduduknya hijrah ke Flores Timur dan prahara pulau Lepan Batan yang penduduknya menyeberang dan menetap di pulau Lembata saat ini.
Di Lembata, tanggal 18 Juli 1979 terjadi tsunami di Waiteba, kecamatan Atadei. Tsunami Waiteba ini dipicu oleh longsoran lereng/tebing pantai yang kemudian memicu tsunami setinggi 7 – 9 meter. Menurut keterangan Gubernur NTT Ben Mboi saat itu, tercatat 539 orang meninggal dan 364 hilang. Di pulau Sumba, terjadi tsunami tahun 1977Sedikitnya 198 orang meninggal dan hilang. 1000 orang kehilangan tempat tinggal.
Belum lama ini, di bulan Desember 2021, wilayah Laut Flores diguncang gempa tektonik, Selasa 14 Desember 2021, oukul 10.20.23 WIB. Guncngan gempa dengan Magnitudo M 7,5 yang selanjutnya diupdate menjadi M7,4. Episenter genpa laut Flores ini pada 7,59° LS dan 122,24° BT. Tepatnya di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Larantuka, NTT pada kedalaman 10 km. Hasil monitoring BMKG mencatat telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan (after shock) sebanyak 20 kali, dengan magnitude terbesar M 6,8.
Gempa laut Flores merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di laut Flores. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukan pergerakan gempa bumi memiliki mekanisme geser (strike-slip fault).
Dijelaskan Daryono, meskipun pusat gempa Laut Flores M7,4 ini terletak sangat dekat dengan Sesar Naik Flores (Flores Thrust), tetapi pemicu gempa ini bukan Sesar Naik Flores (Flores Thrust). Sesar Naik Flores dicirikan memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa laut Flores mekanismenya geser.
Sesar Kalaotoa
Jalur Sesar Laut Flores diidentifiksi sebagai jalur sesar baru. Ujung paling barat kluster seismisitas gempa susulan berada tepat di Pulau Pasimaranu yang terletak di sebelah selatan dari ujung selatan jalur Sesar Selayar. Sedangkan ujung timur sebaran seismisitas berada di laut, sebelah tenggara Pulau Kalaotoa. Dari posisi ini, wajar jika kerusakan akibat gempa terkonsentrasi di Kepulauan Selayar, bukan di Flores, NTT.
Pola orientasi sesar ini dikaitkan dengan besaran parameter sesarnya, maka dapat dinyatakan bahwa telah teridentifikasi “sesar baru”. Berdasarkan data gempa BMKG, yang diklasifikasikan sebagai sesar geser menganan (dextral strike-slip fault), kata Daryono..
Hasil monitoring BMKG terbukti bahwa sebaran hiposenter gempa susulan memberi petunjuk awal dalam mengungkap keberadaan rekahan (rupture) baru yang merupakan cerminan jalur sesar aktif pemicu Gempa Laut Flores M7,4 pada 14 Desember 2021.
Dapat disimpulkan bahwa gempa yang terjadi di Laut Flores M7,4 dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang diinterpretasikan sebagai sesar aktif “baru”. “BMKG merekomendasikan nama sesar baru di Laut Flores ini sebagai “Sesar Kalaotoa”.
Bangun Kesiapsiagaan
Dengan adanya gempa 14 Desember 2021 yang disebut Gempa Laut Flores M7,4, memberi aba-aba bagi pemerintah dan masyarakat NTT untuk meningkatkan kesiapsiagaan. “Dari berbagai keterbatasan, kami berupaya berkontribusi membangun kesiapsiagaan melalui berbagi informasi dan pengetahuan. Webinar ini merupakan cara membangun kesiapsiagaan, bukan menciptakan ketakutan”, kata Direktur YPPS Melky Koli Baran saat membuka dan menyapa para naras umber dan peserta seminar ini.
Menurut Dr. Daryono, informasi yang disampaikan dalam seminat ini tentang kegempaan dan tsunami di NTT merupakan bentuk kesiapsiagaan provinsi kepulauan ini untuk mencegah kerugian sosial, ekonomi dan korban jiwa jika terjadi gempa kuat yang memicu tsunami dengan scenario terburuk.
Menurutnya, pemerintah di Daerah ini mesti memperkuat dan mempersiapkan upaya-upaya mitigasi. Sebab potensi gempa dan tsunami di NTT tetap ada dan kapan terjadinya belum bisa dipastikan. Yang diperlukan adalah membangun kesiapsiagaan.
Ke depan, sangat penting menegakkan aturan bangunan tahan gempa. Dalam mengemban pembangunan daerah, haruslah berbasis pengurangan risiko gempa dan tsunami.***