Di era gencarnya penggunaan pupuk kimia yang ditawarkan demi mempercepat pertumbuhan tanaman, Bapak Dominikus Dosi Beribe petani asal desa Blepanawa ini tetap mempertahankan sistem pertanian yang menerapkan teknik mulsa organik.

Mulsa organik merupakan material yang menutup tanaman budidaya guna menjaga agar tanah tetap lembap serta menekan pertumbuhan gulma dan menjaga tanaman terhindar dari penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Sejak tahun 70-an Bapak Domi, begitulah ia akrab disapa tetap mempertahankan sistem pertanian ini. “Bapa sudah mulai berkebun tanpa menggunakan bahan kimia sejak lama bahkan sebelum nikah. Bapa mengikuti apa yang sudah dibuat oleh orang tua dahulu.” tutur bapak Domi. Bapak Domi tidak pernah membakar sisa hasil panennya (padi dan jagung) tiap musim. Hasil panen tersebut dibiarkan saja di atas permukaan tanah setelah dicabut. Dengan kata lain, Bapak empat anak ini telah menerapkan teknik Mulsa Organik untuk menjaga kelembapan tanah, menahan erosi, menekan pertumbuhan rumput dan menciptakan humus baru.
Hasil Panen Dua Tahun Lalu Masih Ada!

Bapak Dominikus Dosi Beribe adalah petani yang telah melanglang buana bukan saja di kota Nusa Kencana (Kalimantan, Indonesia) melainkan hingga ke negeri Jiran. Ilmu dan pengalaman di tanah rantau tak hilang begitu saja namun ia terapkan di kebun miliknya sekarang. “Bapa dulu di Kalimantan kalau disuruh beli sawi, bapa selalu membeli sawi yang sudah dimakan ulat ketimbang yang tidak ada ulat. Karena bapa berpikir begini, Sawi yang dimakan ulat adalah sawi yang tidak mempunyai zat kimia sedangkan sawi yang tidak dimakan ulat adalah sawi yang banyak mengandung bahan kimia. Ulat saja tidak mau makan makanan yang ada bahan kimianya. Kenapa kita manusia tidak?” ujar bapak Domi.
Menurutnya, hasil panen selama bertani tanpa menggunakan bahan kimia selalu maksimal. Bahkan hasil panen dari dua tahun lalu masih ada hingga sekarang karenanya bapak Domi bersama keluarga selalu makan hasil panen sendiri dan jarang membeli beras. Selain untuk konsumsi, bapak Domi pernah menyumbangkan jagungnya kepada kelompok tani Situ Wolo sebagai bibit untuk ditanam di kebun kelompok. Beliau tidak pernah absen mengunjungi kebunnya. “Jika benar-benar mencintai kebun sendiri, harus selalu mengujunginya agar kebun kita bisa memberikan hasil panen yang maksimal. Sama seperti kita memikat hati wanita. Kalau kita terus mendatangi wanita yang kita suka maka dia akan membuka hatinya untuk kita.” Demikian filosofi Bapak Domi dalam bertani selama ini. *** (Penulis: Ardi Boleng/Editor: Avilla Riwu)