
Pohon sayur kehue, begitulah masyarakat desa Mokantarak menyebutnya. Tanaman ini tumbuh liar di hutan desa Mokantarak. Pohon sayur Kehue berciri-ciri daun menyirip berwarna hijau, panjang dan agak runcing. Bijinya berwarna kuning saat masih muda dan berubah warna merah tua jika sudah tua. Bentuk bijinya mirip bulir biji kopi. Tinggi pohonsayur kehue maksimal 4 meter dengan batang kerdil, tumbuh tersebar dan tidak berkoloni.

Menurut Blasius Kuda Goran, pohon sayur Kahue tahan terhadap kekeringan panjang atau daerah tropis dengan tingkat curah hujan yang rendah. Kehue dikembangbiakan sistem pangkas, yakni diambil tunasnya. Sementara dari sisi kandungan nutrisi, mengkonsumsi sayur Kehue sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi, diabetes, asam urat dan kolesterol.
Selama melakukan observasi Liberius Langsinus, Field Facilitator Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) menemukan alternatif untuk membudidayakan tanaman ini. Hal ini dikarenakan pohon sayur kehue hanya dibiarkan tumbuh liar di hutan. Ada tiga metode uji coba yang direncanakan untuk membudidayakan tanaman ini yakni pembiakan dengan cara penyemaian biji, stek batang dan stek akar.
Selanjutnya, salah satu dari ketiga metode ini diharapkan berhasil sehingga menjadi pembelajaran yang berdampak pada upaya bersama untuk proses budidaya Kahue. ***(Penulis: Bung Sila/Editor: Avilla Riwu)