
Jumat 11 November 2022, di lahan milik Demplot I kelompok Tani desa Mokantarak kami melakukan penebaran mulsa bersama ibu Petronela Kleden yang adalah Penyuluh Pertanian Lapangan(PPL) untuk desa Mokantarak. Ibu dengan sapaan ibu Nel ini merupakan salah satu peserta Pelatihan Pertanian Konservasi dan Cerdas Iklim yang digelar Yayasan Pengkajian Pengembangan Sosial pada program Incident tanggal 7-8 November 2022 lalu.
Menurut ibu Nell moment penebaran mulsa ini sangat baik karena bisa bertemu dengan para petani. “Sebagaimana biasanya, sebelum dilaksanakan Pelatihan Pertanian Konservasi dan Cerdas Iklim bagi PPL, sebagai PPL jarang sekali kami berkomunikasi kecuali ada kegiatan formal. Keberadaan pelatihan ini membantu kami lebih dekat dengan para petani seperti komunikasi yang intens dengan mereka” cerita ibu Nell.
Adapun kesan ibu Nell setelah mendapatkan pelatihan Pertanian Konservasi dan Cerdas Iklim. “konsep pertanian konservasi dan cerdas iklim yang saya dapatkan saat pelatihan sangat cocok diterapkan di lahan pertanian kabupaten Flores Timur dengan kategori, lahan kering, cadas berbatu dengan topografi berbukit-bukit. Metode pengolahan lahan seperti olah lubang, dan pembuatan terasering membuat kita lebih focus pada bagian yang mau ditanam saja, Sehingga tanah tidak perlu dicangkul secara keseluruhan tetapi hanya pada lokasi tanam saja”.
Selain olah lobang ibu Nell juga mengakui bahwa metode pengolahan lahan ramah lingkungan lain yang dianggap baik yaitu pemanfaatan dedaunan sebagai mulsa yang mana berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah dan mencegah pertumbuhan gulma. Adapun kebiasaan Bertani kita yang masih keliru dan dapat menyumbang pemanasan global yaitu membakar dan mencangkul lahan. Praktek demikian secara teori dapat melepaskan gas karbon ke atmosfer.

Ketua Gapoktan dan Hutan desa Mokantarak yang juga sebagai salah satu petani dampingan program Incident bapak Anton Kerobi Kemaun mengatakan praktik bertani tidak membakar dan pemulsaan adalah cara terbaik untuk keberlanjutan. “menurut saya bertani dengan tidak bakar dan penebaran daun (mulsa) dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami dari tahun ke tahun. Namun sayangnya kami sudah membakar semua dedaunan kering sebagai mulsa organik itu. Sekarang baru saya mulai sadar, manfaat pemulsaan itu setelah mendapat penjelasan dari fasilitator INCIDENT lewat praktik bertani cerdas iklim di lahan dempot yang kebetulan berbatasan langsung dengan lahan saya”. Sesal bapak berumur 68 tahun itu. “Sebetulnya tujuan kami membakar itu selain terkait ritual adat kami juga untuk meringankan beban kami terkait banyaknya ranting dan pepohonan yang kami sudah tebang saat buka lahan baru. Sehingga kalau pakai tenaga manual sampai kapan baru lahan ini tidak bisa ditanam. Namun demikian membakar juga bagian dari menyumbang gas carbon, pastimya kami tidak lakukan lagi” lanjutnya
Penulis: Bung Sila/ Editor: SP Pati Hokor