
Tak kenal maka tak sayang. Itulah yang dilakukan tim Oxfam didampingi oleh Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) kepada tiga desa dampingannya yakni Desa Kimakamak, Kecamatan Adonara Barat, Desa Nelelamawangi, Kecamatan Ile Boleng dan Desa Waienga, Kecamatan Lebatukan dalam monitoring visit yang dilaksanakan selama dua hari yakni 13 dan 14 April 2023 dalam program ICDRC yang sudah berjalan selama lima tahun sejak tahun 2018.
Disambut Secara Adat
Bunyi gong gendang dan tarian mengiringi langkah tim Oxfam dan YPPS memasuki ketiga desa dampingan.
Menariknya, tim disambut secara adat mulai dari pemotongan pita, pengalungan selendang yang ditenun oleh warga hingga disapa dengan minum tuak dan makan sirih pinang.

Warga antusias menghadiri kegiatan ini. Mereka bahkan rela meninggalkan aktivitas untuk bertemu dan berbagi cerita tentang pengalaman yang selama ini mereka alami.
“Kunjungan ini bertujuan untuk menyapa lebih dekat dengan bapak/ibu” ungkap Teguh Wibowo, Project Manager Oxfam Indonesia.
Banyak Ilmu yang Sangat Bermanfaat
Lima tahun bukan waktu yang lama atau singkat. Pertemuan awal di tahun 2018 diawali oleh assesment dan lokakarya hingga berakhir dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang berkelanjutan hingga sekarang.
Monitoring ini diselingi dengan sesi diskusi antar tim dan warga desa dimana mereka antusias saling menceritakan pengalaman unik yang dialami selama bergelut dengan metode pertanian baru yang tak lazim dilakukan.

“Dulu kalau tanam sorgum hanya untuk pakan ternak, tapi setelah dapat ilmu dari YPPS kami jadi tahu manfaat lain dari sorgum kalau sorgum bisa mengurangi kadar gula atau bisa jadi pengganti beras” tutur Magdalena Puka.
Lebih lanjut, perempuan paruh baya yang akrab disapa mama Len (50) ini mengaku pendampingan ini sangat membantu. Lahan yang dulu dibakar dan disapu bersih, kini hanya dibiarkan saja dengan memanfaatkan penebaran mulsa yang membantu menjaga kelembapan tanah sehingga tanaman tetap tumbuh subur meskipun kesulitan air.
Selain Mama Len adapun Mama Wilhelmina Lei (42) menambahkan bahwa pekarangan yang dulunya hanya ditanami bunga kini digantikan dengan sayur-sayuran yang dapat dikonsumsi bahkan membantu perekonomian warga karena bernilai jual.
“Harapannya, program ini terus berkelanjutan dan YPPS bisa terus mendampingi kami selama berproses” ungkap Paulus Demon Tereng.
Masyarakat Awareness terhadap Perubahan Iklim
Perubahan iklim memang memiliki dampak yang sangat signifikan. Cuaca panas dan hujan yang tak menentu menyadarkan masyarakat bahwa perubahan iklim memang kondisi serius yang harus diperhatikan.
Masuknya program ICDRC ini berhasil menyentuh masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang kian berubah-ubah.

Teguh Wibowo, Project Manager Oxfam Indonesia dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada warga desa dampingan karena berhasil menerapkan ilmu diantaranya pemilihan benih yang adaptif, pengolahan lahan pertanian (olah lubang, olah jalur dan pemulsaaan), hingga hilangnya perilaku warga membakar lahan miliknya.
“Masyarakat sudah beresilience yang berarti mereka sudah menjadi masyarakat tangguh yang mampu mengelola alam dengan bijak” tutur Teguh mengakhiri sesi sharing pengalaman itu.***(Penulis/Avilla Riwu)