
Sebuah parit beton sepanjang 600 meter dibangun melingkari hampir setengah Desa Pajinian, di Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur. Parit dibangun untuk melindungi desa dari luapan banjir yang kerap datang dari kiriman ladang-ladang milik warga Desa Ile Pati di bukit belakang Desa Pajinian. Pembangunan parit merupakan bagian dari program Program Membangun Ketahanan terhadap Bencana. Program difasilitasi Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) bersama Oxfam atas dukungan dari Pemerintah Australia. Desa Pajinian menjadi sasaran program ini karena kerentanan desa menghadapi banjir.
Desa ini berpenduduk 699 jiwa dengan 151 kepala keluarga hidup tersebar di dua dusun. Cikal bakal desa ini berdiri sejak 1979, pada masa Drs. Anton Buga Langoday menjadi Bupati Flores Timur. Menurut salah satu pihak yang terlibat dalam program, Krispinus Gelalang, dulunya desa tak terkena banjir ketika bukit di balik kampung masih lebat dengan pohon-pohon ukuran besar. Desa menjadi langganan banjir ketika bukit di balik kampung berubah menjadi ladang berpindah atau “tebas – bakar”. Banjir tahunan kerap memporak-porandakan rumah penduduk, menghanyutkan harta benda, serta menyisakan genangan air yang menyebabkan penyakit. Masyarakat tidak pernah menerima begitu saja masuknya banjir. Mereka bekerja keras untuk mengendalikan luapan banjir dari Bukit Korok dan Kali Waikoak. Pernah masyarakat desa bahu membahu penghadang banjir dengan membuat timbunan batu dari Kali Waikoak.
Namun, hasilnya belum dapat diandalkan. Air justru dapat menembus tumpukan batu dan menyebar liar ke dalam kampung. Pada Juni 2010, YPPS datang ke desa ini dengan menawarkan solusi atas permasalahan banjir yang dihadapi masyarakat Desa Pajinian. Mereka tak menawarkan solusi yang langsung jadi, tapi mengajak masyarakat desa berdiskusi bersama lewat beberapa pertemuan kampung. Secara teknis istilah ini disebut kajian kapasitas dan kerentanan secara partisipatif. YPPS melakukan kegiatan ini sepanjang November 2012 hingga Februari 2013 melalui lanjutan dari program sebelumnya, yaitu Program Membangun dan Memperkuat Ketangguhan terhadap Bencana, didukung oleh Pemerintah Australia dan Uni Eropa. Lewat kajian partisipatif dengan masyarakat, akhirnya disepakati opsi membangun parit untuk menghindari banjir di desa. Oxfam melalui YPPS mengalokasikan dana stimulan sebesar Rp 10 juta untuk pembangunan parit sepanjang 225 meter pada 2011. Prestasi itu mendapat apresiasi ketika Oxfam mengunjungi desa itu. Maka dana sebesar Rp 90 juta dialokasikan untuk membangun parit pada 2013. Pembangunan parit ditambah sehingga panjang bertambah 325 meter menjadi 600 meter.

Setiap dana yang disalurkan hanya untuk biaya material, sementara proses pembangunan melibatkan masyarakat desa. Selain gerakan mengatasi banjir, program ini membangun kebun bebas banjir dengan teknik pembangunan terasering dan jebakan air. Di samping itu juga menanam anakan bakau secara swadaya di tepian pantai oleh kelompok Perempuan Tangguh di desa itu. Kaum perempuan dilibatkan secara khusus dalam kegiatan untuk mengatasi abrasi pantai. Kelompok Perempuan Tangguh sebagai pelaksana kegiatan mendapat alokasi biaya Rp 5,4 juta untuk pengembangan usaha produktif. Selain itu, program ini melibatkan perempuan dalam kegiatan membangun daya tahan ekonomi yakni dengan menanam sayur dan memproduksi minyak kelapa. Melalui usaha produktif ini, para perempuan sering bertemu dan membangun komitmen aksi mengurangi risiko bencana.
Praktik baik Perempuan Tangguh Flores Timur ini kemudian mendapat kunjungan dari Kelompok Perempuan Tangguh dari Nusa Tenggara Barat pada 8 November 2013 lalu Gagasan Visioner Untuk mengatasi ancaman abrasi pantai, sebuah draf Peraturan Desa (Perdes) tentang konservasi Pantai sedang disiapkan dan kini dalam tahap asistensi. Kepala Desa Pajinian Siprianus Tarto mengatakan masyarakat dan pemerintah desa terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun. “Syaratnya, jangan berbenturan dengan kultur masyarakat sebagai petani,” kata Siprianus. Menurutnya, sukses program pengurangan risiko bencana berjalan dengan dukungan yang terorganisir dari Tim Siaga Bencana Desa (TSBD). Tim ini terdiri dari 18 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. YPPS membantu tim ini dengan sejumlah latihan penguatan kapasitas. Berkat berbagai kegiatan dalam Program Membangun dan Memperkuat Ketangguhan terhadap Bencana ini, masyarakat Desa Pajinian makin percaya diri dan memiliki kapasitas membangun desanya. Dalam pertemuan di kantor desa pada 14 November 2013, mereka menyatakan memiliki keyakinan dapat melanjutkan program yang telah dikerjakan bersama YPPS. Tak ada kecemasan bila suatu saat lembaga ini meninggalkan masyarakat desa.
Sumber: Buku “Menuju Komunitas Tangguh”. Kompilasi Pengalaman Mitra dalam Pengelolaan Risiko bencana – Program DRR